TBM ANANDA

Short Story About TBM ANANDA

Hingga usia 8, Mamak selalu melibatkan saya setiap perlombaan. Baik lomba kelereng, lomba hapal ayat, lomba baca alquran, lomba puisi, dll.

Memasuki usia 9, entah malaikat mana yang mengajak saya pindah ke Sidimpuan. Entah mimpi mana yang saya kejar, yang pasti saya ingin lebih dekat kakak, yang sudah lebih dahulu tinggal di Sidimpuan.

Bilik WARTEL menjadi saksi, kala rindu pada orangtua teramat menyakitkan. Kami, tinggal di rumah Nenek di Sadabuan, yang dekat dengan sekolah saya SDS Sariputra Padangsidimpuan.

Betapa gugupnya saya masuk di sekolah itu. Apalagi, saat memperkenalkan diri di depan teman-teman bermata cipit, berkulit putih.

Tahun pertama di sekolah itu, Alhamdulillah saya mendapat harapan III lomba berpuisi se-Padangsidimpuan. Mendapat hadiah 50.000, rasanya cukup berharga dan tak terlupakan.

Hingga tamat SMP, alhamdulillah bisa mengajak Ayah naik ke panggung untuk menerima hadiah Ranking I bertahan.

Enam tahun yang enggak mudah. Jauh dari orangtua. Belajar mandiri.   Les sana-sini.

Hingga memasuki SMA, alhamdulillah saya lulus di SMA S Sutomo 1 Medan. Kakak saya di FK UNILA. Awalnya saya mengekost di Jalan Bintang. Tapi dicarikan Kakak, kost yang layak di Amaliun. 

Angkot 46 biru, yang mengantarkan saya sampai di Olimpia. Lalu, berjalan kaki ke Sutomo, lantai 5.

2 tahun bertahan dalam kemandirian. Saya sakit hingga 2 minggu, hampir tinggal kelas. Demi menyelamatkan itu, saya dipindahkan ke Panglima Polem Rantauprapat.

Menjadi alumni PPR, Alhamdulillah saya lulus UMB di FH UNSYIAH, Banda Aceh. Setahun disana. Tapi ada titip pesan dari Ayah, Kamu harus jadi DOKTER, seperti kakakmu.

Saya sibuk jual keripik piscok YENYEN dari Lampung. Demi bisa ikut bimbel. Dan berniat, paling tidak saya ambil jalur mandiri di FK UNSYIAH.

Keripik lancar. Sudah bisa menyewa ruko. Tapi Allah berkata lain, saya sakit. Saya pulang. Mimpi saya terhenti.

9 tahun di sekolah Chinese. 1 tahun di Serambi Mekah.

2012 PULANG. 2014 ikut Malam Puisi Rantauprapat. 2016 menikah.  2018 ajukan proposal TBM. 2020 TBM ANANDA ada. 2022 orang meragukan visi misi.

Kalau sudah merasakan pahitnya hidup, tinggal menanti kapan nyawa itu redup. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Dua Puluh Dua

CSR Gramedia